Berikut ini timeline saat gw terpapar COVID 19, di bulan Juli 2021:
- Selasa 6 Juli : Vaksin pertama (sinovac)
- Kamis 8 Juli : Badan mulai ga enak, kaya masuk angin. Tapi ga curiga kalo terpapar, mikirnya ini efek dari vaksin
- Jumat 9 Juli : Jelang magrib ke malam mulai demam, diatasi dengan minum paracetamol (sanmol)
- Sabtu-Minggu 10-11 Juli : Sama seperti hari Jumat, demam saat menjelang malam, pagi ke siang merasa lebih fit. Sempat olahraga juga di pagi hari (gowes di trainer) keringetan dan ngerasa lebih fit tapi memang ngerasa kalo badan masih ga enak
- Senin 12 Juli: Demam udah ga ada, tapi badan kaya lemes gitu. Masih ngantor dan aktifitas kaya biasa
- Selasa 13 Juli: Demam sudah hilang, badan terasa lebih fit, tapi indra pengecap mulai samar, masih bisa mencium bau tapi tipis tipis, misalnya; mencium minyak rambut harus di deketin baru kecium
- Rabu 14 Juli: Badan agak ga enak, karena harus begadang nungguin orang tua, Sempat agak mual dan diare, cuma ini lebih ke arah masuk angin dibanding efek covid. Indra penciuman dan perasa hilang total (anosmia). Test Antigen dan dinyatakan positif walau garis kedua tampak samar. Lapor ke Ketua RT dan diarahkan untuk lapor ke puskesmas
- Kamis 15 Juli: Badan kembali fit, karena sempat tidur. Masih diare dan anosmia tapi nafsu makan normal
- Jumat 16 Juli: Badan fit total, masih anosmia. Baru sempat lapor ke puskesmas dan diberikan surat pemantauan Isolasi Mandiri (isoman). Memutuskan untuk test PCR, untuk lebih yakin
- Sabtu 17 Juli: Di kontak pihak puskesmas via whatsapp terkait status, diberikan obat dan dikirimkan via gojek (antibiotik, vitamin C, obat antivirus). Hasil test PCR keluar dan dinyatakan positif dengan CT 31 (cut off negatif CT 36). Mendaftar ke layanan telemedicine dari pemerintah dan diberikan resep, isinya hampir sama dengan yg diberikan oleh puskesmas
- Minggu 18 Juli: Badan fit dan ga ada keluhan, udah merasa sehat total walau anosmia masih ada dan mulai agak bindeng hidungnya. Obat dari layanan telemedicine sampai ke rumah
- Senin-Minggu 19-25 Juli: Mulai aktifitas normal dan bekerja walau ga maksimal. Olahraga beberapa kali di trainer, sama sekali ga keluar rumah
- Senin 26 Juli: Anosmia mulai sembuh, pengecap mulai normal tapi penciuman masih ga normal. Bindeng masih ada tapi pagi aja, saat bangun tidur
- Selasa-Jumat 27-30 Juli: Sempat beberapa kali keluar di subuh, untuk beli sarapan dan bahan makanan. Badan total fit, anosmia hilang. Rabu tanggal 28, menemani orang tua test PCR, hasil keluar hari kamis tanggal 29 dan dinyatakan negatif. Kontak ke RT terkait berakhirnya masa isoman, lanjut kontak ke Puskesmas dan diberikan surat selesai isoman.
- Sabtu 31 Juli: Melakukan test Antigen dan dinyatakan negatif
Kesimpulan:
- Vaksin sangat bermanfaat, secara umum, gejala yang gw alami cendrung ringan
- Total demam yang dirasakan 4 hari, ga sempet diukur temperaturnya
- Demam hanya terjadi menjelang malam
- Anosmia berlangsung kurang lebih 2 minggu, ini termasuk cukup lama. Rata-rata orang mengalami anosmia 3 hari sampai seminggu
- Periode Isoman 14 hari, 4 kali keluar rumah di minggu ke 2 (saat subuh dan malam hari)
- Minggu kedua isoman keadaan membaik dan kembali normal, mulai berhenti minum obat juga di minggu ke dua
- Untuk mendapat support telemedicine dan pengiriman obat harus test PCR di tempat yg terkoneksi dengan database pemerintah (bisa di cek listnya di web KEMENKES)
- Test Antigen pertama di RS.Firdaus Rp.135.000 (45 menit hasil keluar)
- Test PCR di Lab Hamera Kelapa Gading Rp. 750.000 (24 jam hasil keluar)
- Test Antigen di Lab Hamera Kelapa Gading Rp. 150.000 (30 menit hasil keluar)
- Saat isoman untuk kebutuhan sehari hari atau makanan jadi, lebih baik mengandalkan gofood/grabfood dibanding dengan katering. Lebih segar dan menu lebih bervariatif
- Untuk belanja bahan makanan mentah, sayur atau buah-buahan, gunakan sayurbox. happy fresh atau layanan sejenis
- Jangan panik dan lakukan aktifitas seperti biasa plus lakukan jemur di pagi hari. Hindari bermalas-malasan dan tidur seharian, malah bikin badan lemas
- Hindari liat sosial media dan over sharing, malah bakal bikin down dan overthinking
Semoga bermanfaat ya, untuk dokumentasi ga di share. Soalnya pernah share resep obat di twitter malah kesebar kemana-mana. Semoga sehat-sehat ya semua.