Pengelolaan aset ekonomi negara secara professional, bukan suatu hal yang mustahil. Pelabuhan hongkong atau sekarang lebih dikenal sebagai pelabuhan Victoria telah membuktikan-nya, tata kelola yang tepat memberikan untung yang berlipat.
Perairan di wilayah Asia telah lama menjadi pusat perdagangan, bahkan bisa dibilang merupakan urat nadi ekonomi dunia. Hal ini terutama dimulai sejak runtuhnya Kekaisaran Romawi, perdagangan di Eropa lambat laun berkembang, seiring dengan berkembanganya teknologi pelayaran, terutama selama abad ke-12 dan 13,. Jalur utama perdagangan jarak jauh ketika itu melalui kawasan Baltik, sepanjang timur dan tengah wilayah Mediterania, sampai ke bagian utara Eropa. Selanjutnya kawasan timur Meditrania menjadi penghubung dengan Asia.
Hongkong sudah dikenal sebagai salahsatu tempat berlabuh di Asia bagi para pedagang di dunia sejak abad-16. Ketika itu Hongkong masih berupa kumpulan desa nelayan dan pertanian. Hongkong adalah tempat yang strategis untuk melakukan perdagangan dan kegiatan ekonomi.
Perkembangan Hongkong tidak terlepas dari peran Inggris yang berkuasa selama 156 tahun atas Hongkong, sejak ditandatangani-nya Perjanjian Nanjing (Treaty of Nanjing) pada 29 Agustus 1842 di atas kapal perang Inggris HMS Cornwallis di Nanjing/Nangking akibat dari kekalahan Cina pada perang candu sampai diserahkan kembali kepada Cina pada tahun 1997. Di bawah sistem kapitalisme yang dikelola Inggris, Hong Kong telah tumbuh menjadi pusat keuangan, perdagangan, pelayaran, logistik, dan pariwisata internasional di kawasan Asia Pasifik.
Hal ini menunjukan bahwa pengelolaan pelabuhan di Hongkong telah di garap dengan serius sejak lama. Pemerintah Hongkong menyadari bahwa pelabuhan atau pelayaran adalah hal yang strategis untuk meningkatkan perekonomian. Pelabuhan adalah pintu gerbang utama dalam proses perdagangan di negara tersebut, memberikan perhatian khusus adalah suatu keniscayaan.
Salahsatu hal yang dilakukan oleh pemerintah Hongkong untuk meningkatkan kinerja pelabuhan adalah dengan menyediakan informasi yang penting bagi para calon pemakai jasa pelabuhan, melalui website resmi nya para calon pemakai jasa pelabuhan bisa mengetahui tentang bentuk-bentuk pelayanan, peraturan, tatacara atau prosedur menggunakan jasa dan juga jalur aman untuk mencapai pelabuhan termasuk hal-hal yang harus dan dilarang dilakukan ketika berlayar. Pemerintah Hongkong juga mencantumkan nomer-nomer kontak untuk mempercepat pelayanan. Sehingga waktu rata-rata yang dihabiskan untuk aktivitas bongkar muat adalah 10jam di dermaga, dan 40-50 jam di tengah laut.
Pelayanan diberikan sejak sebelum kapal masuk ke pelabuhan. Pelayanan Lalu Lintas Kapal disediakan untuk kapal yang mengunjungi Hong Kong untuk memastikan keselamatan mereka dan untuk memfasilitasi kedatangan dan keberangkatan mereka secepat mungkin. Kapal tidak diperbolehkan untuk memasuki Hong Kong perairan tanpa izin dari Direktur Kelautan. Selain itu ada juga peraturan yang mengharuskan tidak kurang dari 24 jam sebelum memasuki perairan Hong Kong, pemilik, agen setempat, atau pengemudi kapal harus mengajukan permohonan secara tertulis izin dengan menyediakan Pemberitahuan Pra-Kedatangan ke Departemen Kelautan.
Di Hong Kong, beberapa penanganan kargo berlangsung dengan kapal di tambatan atau ketika menjangkar. Hal ini dikenal sebagai “operasi mid-stream” yang terjadi ditengah laut. Ada 13 kelas ‘A’ dan 4 kelas ‘B’ tambatan (mooring buoy) sebagian besar diletakkan di dalam pelabuhan Hong Kong untuk pelayaran komersial. Tambatan tersebut dimiliki dan dikelola oleh Departemen Kelautan. Mooring buoy kelas ‘A’ yang cocok untuk kapal-kapal dengan panjang tidak melebihi 183 meter dan mooring buoy kelas ‘B’ untuk kapal-kapal tidak melebihi 137 meter.
Sebuah kapal harus menggunakan kabel jaringan untuk mengamankan ke tambatan milik pemerintah. Kawat slip, yang merupakan alat bantu untuk tambat dan lepas jangkar. Tongkang kapal kargo diijinkan untuk berada di sepanjang aliran kapal tetapi tidak lebih dari 3 jajar pada setiap sisi kapal utama.
Ketika akan berlayar atau akan pergi meninggalkan pelabuhan, nahkoda harus memperoleh izin pelabuhan dari Direktur Kelautan dengan menyediakan CMO dengan satu set lengkap dokumen.
Tidak kurang dari 15 menit sebelum keberangkatan, nahkoda harus menyediakan VTC pada saluran VHF yang sesuai dengan informasi tentang nama dan tanda panggilan dari kapal, lokasi, pelabuhan berikutnya, nomor izin resmi pelabuhan, konfirmasi izin keberangkatan imigrasi, dll dan mencari izin untuk keberangkatan.
Setelah ijin diberikan (yang berlaku selama 10 menit saja), kapal akan mendapatkan perintah langsung dan arahan dari Pusat Lalu Lintas Kapal secara langsung.
Pelabuhan Hongkong juga memiliki fasilitas untuk mengantisipasi terjadi nya kecelakaan dilaut, Koordinasi Pusat Penyelamatan Kelautan Hongkong (MRCC) bertanggungjawab untuk mengkoordinasikan semua tim Search and Rescue (SAR) kelautan di perairan internasional Laut Cina Selatan. Mereka bertugas untuk memberikan bantuan kepada yang membutuhkan, setelah sebelumnya melakukan verifikasi laporan yang masuk kemudian mempertimbangkan variabel seperti sifat marabahaya, bantuan yang dibutuhkan, dan ketersediaan sumber daya SAR.
Selain itu pelabuhan Hongkong juga memiliki Unit Pengawas Polusi yang bertugas selama 24 jam untuk menjaga perairan Hongkong tetap bersih dan bebas dari polusi tumpahan minyak dan sampah. Mereka juga memeriksa kegiatan penyaluran minyak serta memberikan masukan kepada nahkoda agar minyak tersebut tidak tumpah ke dalam perairan.
Dengan segala fasilitas dan pelayanan yang dimiliki oleh pelabuhan Hongkong tidak heran Hongkong memiliki predikat sebagai Pelabuhan Kontener Tersibuk di Dunia dengan tiga kategori yaitu kegiatan pengapalan, penanganan kargo dan aktivitas pengangkutan penumpang pada tahun 1987 – 1989, 1992-1997, dan pada tahun 1999-2004. Setiap kegiatan dipelabuhan dikerjakan dengan professional, terbuka dan tanpa birokrasi yang berbelit dan membingungkan.