Skip to content

Semangat Kampus Cetak Entrepreneur

Perkembangan informasi dan teknologi, membuka peluang bagi banyak anak muda untuk terjun menjadi wirausaha. Kampus pun berperan aktif menciptakan lahirnya entrepreneur muda.

Muda, sukses, dan bisa kaya raya dengan melakukan apa yang disukai itulah image yang tercipta dari Mark Zuckerberg, founder sekaligus pemilik ‘Facebook.com’ sebuah web social networking paling banyak diakses di dunia. Hingga Januari 2011, pengguna Facebook tercatat lebih dari 600 juta pengguna aktif dan menghasilkan keuntungan lebih dari US$2 milyar. Padahal Facebook awalnya proyek iseng Zuckerberg bersama dua rekannya yang dimulai dari sebuah kamar asrama Universitas Harvard, AS.

Sosok seperti Mark Zuckerberg dapat dikategorikan sebagai digitalpreneur. Istilah ini merupakan termin baru diasosiasikan sebagai pengusaha yang bergerak di ranah media digital khususnya online media. Di Indonesia, fenomena lahirnya digitalpreneur ini terhitung sudah cukup lama. Berawal dari dotcom bubble yaitu tumbuhnya pengguna internet dan merebaknya bisnis online di paruh akhir 90an. Perusahaan di bidang online mulai marak saat itu, mulai dari portal berita sampai pada perusahaan jasa penyedia data (hosting). Detik.com adalah salah satu contoh yang masih bisa bertahan sampai saat ini.

Potensi online ini memang luar biasa, karena pasarnya terus bertumbuh seiring dengan makin terjangkaunya akses informasi dan perangkat pendukung yang makin mudah didapat. Inovasi teknologi telekomunikasi juga memungkinkan akses internet yang lebih mobile dan mudah, konvergensi antar media memberikan nafas baru pada media konvensional yang mati suri.

Sosok Andrew Darwis mungkin tidak banyak dikenal oleh orang awam, tapi tanyalah pada teman atau kenalan anda yang aktif di dunia maya pasti sudah familiar dengan nama ini. Dialah sosok di balik KASKUS, forum online komunitas terbesar di Indonesia dengan anggota tercatat lebih dari 2 juta orang. Tidak hanya meraih keuntungan bagi perusahaan sendiri lewat iklan, forum ini juga menjadi wadah bagi ratusan anggotanya yang bertransaksi melalu kanal FJB (forum jual beli) dengan perputaran uang setiap harinya mencapai milyaran rupiah.

Peran kampus

Detik dan KASKUS setelah hampir satu dekade berdiri telah tumbuh menjadi perusahaan mapan dan besar. Hadirnya teknologi baru dalam bentuk mobile internet tidak membuat mereka melemah, malah makin memperkuat kehadiran mereka dengan melakukan ekspansi bisnis. Dinamis, fleksibel dan mampu berdapatasi secara cepat, itulah syarat untuk bisa bertahan menjadi seorang digitalpreneur.

Pesatnya pertumbuhan bisnis berbasis online ini tidak luput dari perhatian lembaga pendidikan khususnya perguruan tinggi. Beberapa perguruan tinggi bahkan membuat semacam inkubasi bisnis tersendiri untuk mewadahi minat mahasiswa nya yang mau terjun di bidang online entrepreneurship.

Universitas Bina Nusantara adalah salah satu perguruan tinggi yang secara serius mengarahkan lulusannya untuk menjadi digitalpreneur dengan membentuk Binus Entrepreneurship Center (BEC) yang memiliki berbagai macam layanan seperti konsultasi bisnis, kursus entrepreneur workshop dan seminar. Lembaga ini juga mempunyai bahan akar dan materi yang dihimpun dalam sebuah perpustakaan.

Hal yang sama juga dilakukan oleh universitas negeri. Salah satunya adalah Universitas Padjadjaran (Unpad) yang sangat concern untuk mencetak entrepreneur. Sekretaris Jurusan Ilmu Informasi dan Perpustakaan Fikom Unpad Asep Saeful Rohman menjelaskan kampus mendidik setiap mahasiswa agar dapat memiliki jiwa kemandirian dalam menjalani studi maupun dalam menjalani aktifitas akademik dan non akademik lainnya. Jiwa kemandirian menjadi salah satu modal dasar yg juga harus dimiliki oleh seorang entrepreneur.

“Di Unpad, khususnya di bagian kemahasiswaan, setiap tahun selalu diadakan pelatihan kewirausahaan dan alumni yang berminat untuk terjun dalam dunia usaha biasanya mendapat support dana dari universitas,” jelas Asep.

Di lingkup yang lebih kecil seperti jurusan, lanjut dia, setiap kegiatan mahasiswa yang mengarah pada pencapaian terbentuknya jiwa wirausaha, biasanya selalu mendapat dukungan. Bentuknya, berupa fasilitasi kegiatan, pengiriman delegasi untuk mengikuti pelatihan maupun perlombaan. Untuk bantuan modal akan diberikan universitas.

Gandeng perusahaan

Tindakan lebih kongket membentuk wirausaha telah ditunjukkan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI). Bentuknya dengan menjadi kerja sama dengan Apple, perusahaan komputer multinasional, untuk pengembangan kewirausahaan mahasiswa. Bentuknya berupa program myCampus Apple Authorized Campus Store, toko resmi Apple di dalam Kampus FEUI.

Dekan FEUI Firmanzah mengatakan keberadaan toko resmi Apple di FEUI diharapkan tidak hanya diperuntukkan semata-mata sebagai lokasi penjualan belaka. Menurut dia, keberadaan toko di FEUI seharusnya memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk melatih kewirausahaannya dengan mengelola toko tersebut.

Ia berharap, kerja sama ini mampu membantu program riset dan inovasi kampus. Selain itu, keberadaan Apple diharapkan mampu membantu pengembangan pemerataan pendidikan, terutama untuk daerah-daerah terpencil.“Kerja sama ini tidak hanya soal bisnis saja, tapi dapat untuk mengembangkan konten pembelajaran yang bisa diakses tidak hanya di UI, tapi juga bisa diakses mahasiswa di Aceh, Palembang sampai Papua,” tegasnya.

Upaya perguruan tinggi menciptakan semangat kewirausahaan patut diapresiasi karena sesungguhnya di Indonesia masih membutuhkan lebih banyak wirasuaha baru. Data BPS menyebutkan hanya 0,24 persen dari 237,8 juta penduduk Indonesia yang tercatat sebagai wirausaha. Idealnya, Indonesia memerlukan 2 persen wirausaha atau sekitar 4,8 juta orang. Tumbuhnya wirausaha artinya membuka lapangan kerja baru dan kemandirian sehingga kesejahteraan ekonomi dapat tercapai.

Demam digitalpreneur

Besarnya perhatian perguruan tinggi mengembangkan jiwa wirausaha dimaksudkan agar setiap lulusannya tidak hanya berorientasi mencari kerja melainkan juga menciptakan lapangan kerja. Salah satu bidang usaha yang kian digemari bagi kalangan mahasiswa dan fresh graduated adalah bisnis teknologi informasi. Pertumbuhan digitalpreneur tidak melambat dan surut, bahkan tiga tahun terakhir mengalami peningkatan yang sangat tinggi.

Digitalpreneur yang sukses dan terlahir dari kampus adalah Judotens Mauled Budiarto, mahasiswa semester akhir D-3 Periklanan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran. Ia melahirkan inovasi berupa aplikasi social media client Twitter berupa ‘Tuitwit’  dan saat ini aplikasi ini sudah dilirik perusahaan besar pengembang media sosial Inmark digital.

Perkembangan social media  juga menjadi inspirasi bagi Satya Witoelar, Fajar Budi Prasetyo dan Aryo Kresnadi yang mengembangkan aplikasi yang berbasis lokasi ‘koprol.com’. Bahkan perusahaan besar sekelas Yahoo pun akhirnya tertarik dan mengakuisisi layanan ini.

Kisah sukses itu membuktikan makin nyata kontribusi dunia kampus dalam menciptakan entrepreneur. Upaya ini tentunya harus disinergikan dengan berbagai instansi lain seperti kalangan perbankan untuk mendapatkan fasilitas pendanaan. Jika semua ini bisa terwujud bukan mustahil dalam waktu singkat kita akan punya 4,8 juta entrepreneur. *** (and/oke)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *